MAKALAH ILMU MANTIQ TENTANG TA'RIF
INSTITUT
PERGURUAN TINGGI ILMU AL QUR’AN
JAKARTA
TAHUN
AKADEMIS 2017 / 2018
Mata Kuliah
: ILMU MANTIQ
Judul
Materi : Ta’rif
Dosen
Pembimbing : Bapak Andi Iswandi, SHI, LMM.
PENYUSUN :
Syafi’i Al
Azami
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Memiliki segala
apa yang di langit dan apa yang di bumi ini, tanpa bantuanNya kami tak mungkin
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Sholawat dan salam tak lupa kami sanjungkan kepada
baginda yang mulia, yang mudah mudahan kita senantiasa selalu di barisanNya dan
sesuai dengan apa yang di ajarkanNya, sehingga menjadi umat yang menjadi
kebanggaanNya dan mendapat syafa’atNya.
Rasa terimakasih tidak lupa juga kami ucapkan kepada Dosen
Pembimbing, keluarga, dan teman-teman, karena atas dukungan merekalah kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik, walaupun dalam pengerjaannya
kami mendapat banyak kendala, dari kesulitan mencari bahan tulisan maupun
timbul rasa malas dalam diri kami, karena terbatasnya pengetahuan kami dalam
mengerjakan tugas makalah ini.
Kami berharap makalah ini yang membahas tentang “TA’RIF” dapat memberikan pemahaman
baru kepada pembaca / pendengar, walaupun terdapat banyak sekali kekurangan dalam
segi bahasa maupun tulisan, oleh karna itu kami mohon kritik dan sarannya agar
kami dapat menjadi lebih baik lagi dalam mengerjakannya.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan mudah mudahan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta , 28 Februari 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata Pengantar
................................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
..................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ta’rif
.................................................................................. 2
B. Pembagian
Ta’rif ................................................................................. 3
1. Had
( Definisi Esensial )
.......................................................... 3
2. Rasm
( Definisi aksidental ) ..................................................... 4
3. Lafdzi
( Definisi nominalis ) .................................................... 4
C. Syarat
– Syarat Ta’rif ........................................................................... 5
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
.......................................................................................... 7
B. Saran
..................................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA
......................................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang menyeluruh, karena dalam
islam terdapat berbagai ilmu yang belum kita ketahui sebelumnya, salah satunya
yaitu ilmu mantiq. Meskipun pertama yang menemukan ilmu ini adalah ilmuan
Yunani yang pada waktu itu belum adanya agama Islam.
Menurut Baihaqi (2012, hlm.1) ilmu mantiq adalah ilmu
tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia ke arah berfikir secara
benar yang menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga ia terhindar dari
berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan salah. Jadi bisa
disimpulkan bahwa manfaat ilmu mantiq secara praktis adalah untuk mencari dalil
kemudian kita dapat menyimpulkannya. Dalam menyimpulkan sesuatu kita haruslah
berfikir terlebih dahulu sebelum kita mengungkapkanya, baik ungkapan secara
tulisan maupun sescara lisan.
Tapi, sebelum kita menyimpulkan terdapat beberapa hal
yang harus kita perhatikan dan harus kita pahami dengan benar. Yang salah
satunya harus mengetahui hakikat sesuatu beserta penjelasannya. Hal ini sejalan
dengan salah satu materi ilmu mantiq yakni materi tentang ta’rif.
A. Latar
Belakang Masalah
Ta’rif dalam keseharian di
sebut juga pengertian atau definisi. Pengertian ta’rif itu sendiri pengenalan
dan pemahaman mengenai pengertian afrad-afrad untuk mendapatkan gambaran yang
jelas terhadap afrad tersebut atau bila di singkat pengertian ta’rif bisa di
sebut bahwa ta’rif adalah memperkenalkan sesuatu sesuai hakikat/mahiyah
sebenarnya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian
dari Ta’rif?
2.
Bagaimana
Pembagian dari Ta’rif ?
3.
Bagaimana
syarat-syarat dari Ta’rif ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ta’rif
Definisi secara etimologi
berarti pengertian atau batasan
sesuatu. Ta’rif disebut juga al qaul al-syarih (ungkapan yang
menjelaskan). Dengan demikian, ta’rif menyangkut adanya sesuatu yang
dijelaskan, penjelasannya itu sendiri, dan cara menjelaskannya.
Al-Jurzani menjelaskan pengertian ta’rif sebagai berikut:
عِبَارَةٌ عَنْ ذِكْرِ شَيْئٍ تَسْتَلْزِمُ مَعْرِفَتَهُ
مَعْرِفَةَ شَيْئٍ آخَرَ
“Ta’rif adalah penjelasan tentang penuturan sesuatu, yang dengan
mengetahuinya akan melahirkan suatu pengetahuan yang lain.”
Takrif juga disebut al-had, yaitu
قَوْلٌ دَالٌّ عَلَى مَا هِيَةِ الشَّيْئِ
“Kalimat yang menunjukkan hakikat sesuatu.”[1]
Pengertiam logis tentang persoalan objek pikir
merupakan upaya memahami maknanya dalam membentuk sebuah keputusan dan
argumentasi ilmiah yang menjadi pokok bahasan mantiq dan dalam praktiknya mesti
menguasai bahan pembentukan ta’rif, yaitu kulliyah al-Khams.
Sedangkan menurut istilah ahli logika (mantiq),
ta’rif atau definisi adalah teknik menjelaskan sesuatu yang dijelaskan, untuk
diperoleh suatu pemahaman secara jelas dan terang, baik dengan menggunakan
tulisan maupun lisan, dan dalam ilmu mantiq dikenal dengan sebutan (qaul syarih). Dalam bahasa Indonesia,
ta’rif tersebut dapat diungkapkan dengan perbatasan dan definisi.
B.
Pembagian Ta’rif
Ta’rif di bagi
menjadi 3 macam , yaitu :
1. Had ( Definisi
Esensial )
Had secara etimoligi artinya mencegah. Karena Ta’rif model Had mencegah masuknya selain perkara
yang dita’rif-i.
Ta’rif Had ada 2 macam :
A.
Had Tam ( sempurna ) , adalah medefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis qarib dan fashl qarib, karena apabila jenis
qorib di akhirkan dari fasl qarib, maka tergolong had naqis ( tidak sempurna ).
Contoh :
Manusia adalah hewan
yang berfikir , ( jenis qarib dan fashl qarib )
B.
Had naqis (tidak sempurna), adalah mendefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis ba’id dan fashl qarib atau hanya jenis
qarib[2]
disebut dengan naqis karena ada sebagian perkara yang
keluar dari had, dimana had ini dianggap merupakan salah satu
cacat dalam sebuah had.
Contoh penggunaan fashl qarib saja :
Mansia adalah sesuatu yang berfikir (
fashl qarib )
Contoh fashl qarib bersamaan dengan jenis ba’id ;
Manusia adalah materi
yang berfikir (jenis ba’id dan fashl
qarib )
dua ta’rif tersebut secara substansi
bersifat umum, karena mencakup dzat malaikat , namun dalam hal ini malaikat
bukanlah golongan manusia. Sehingga ta’rif di atas tidak mampu mencegah
keluarnya dzat malaikat.
Termasuk
had naqis adalah definisi menggunakan
fashl ba’id bersama fashl qarib.
Contoh :
Manusia adalah materi
yang berfikir (jenis ba’id dan fashl
qarib )
2. Rasm ( Definisi aksidental )
Rasm secara etimologis memiliki arti bekas atau pengaruh ( atsar)
Karna dalam ta’rif model rasm, terdapat khas yan merupakan petunjuk dan hakikat.
Ta’rif rasm ada dua macam :
A.
Rasm Tam ( sempurna )
Adalah mendefinisikan sesuatu dengan menggunakan jenis qarib dan khas yang bersifat umum (
syamilah) dan melekat (lazimah). Dalam hal ini di syaratkan jenis qarib didahulukan dari khas. Karena apabila jenis qorib diakhirkan dari jenis khas, maka tergolong rasm naqish (tidak sempurna).
Contoh :
Manusia adalah hewan yang
bisa tertawa (jenis qarib dan khas )
B.
Rasm naqis ( tidak sempurna )
Adalah mendefinisikan sesuatu menggunakan khas saja, atau khas
bersama dengan jenis ba’id.
Contoh
penggunaan khas saja :
Manusia adalah
sesuatu yang bisa tertawa ( khas )
Contoh penggunaan khas
bersama jenis ba’id :
Manusia adalah materi yang bisa tertawa (
jenis ba’id dan khas )
3. Lafdzi ( definisi nominalis )
Adalah
mendefinisikan sebuah lafadz menggunakan lafadz lain yang semakna dan menurut
pendengar (sami’) dianggap lebih dikenal
(masyhur) atau suatu (mu’arraf yang di definisikan ) dengan
menggunakan kata murradif ( sinonim )
yang lebih jelas dari mu’arraf.[3]
Contoh :
1.
Menjelaskan
pengertian rumah dengan kata griya
2.
Menjelaskan
pengertian lautan dengan kata Bahtera
3.
Menjelaskan
pengertian patug dengan kata arca.
Dlsb
Catatan : ta’rif yang menggunakan fashl atau khash saja, tanpa
di sertai lafadz lain adalah menurut pendapat ulama yang memperbolehkan
pendefisian sesuatu menggunakan lafadz
mufrod (kata tunggal). Versi lain, sebagaimana imam Az-Zarkasyi, mengatakan
bahwa mendefinisikan sesuatu dengan lafadz menurut tidak di perbolehkan[4]
4. SYARAT –
SYARAT TA’RIF
Berikur
merupakan syarat-syarat ta’rif:
1. Ta’rif
harus jami’-mani’ (istilah lain untuk itu ialah muththarid-mun’akis) maksudnya
ta’rif tidak boleh lebih umum atau lebih khusus dari yang dita’rifkan.
Contoh ta’rifkan lebih umum:
Manusia adalah hewan.
Contoh ta’rif lebih khusus:
Manusia adalah hewan yang
bisa membaca dan menulis.
Contoh ta’rif yang sesuai:
Manusia adalah hewan yang
berfikir dan/berkata-kata
2. Ta’rif
harus lebih jelas dari yang dita’rifkan. Jadi, ta’rif tidak boleh sama samarnya
atau lebih samar dari yang dita’rifkan.
Contoh:
Buah kelapa
adalah buah sebesar kepala bulat, berbungkus kulit keras, berjuntai
di pohonnya dan berisi santan yang bisa dijadikan minyak untuk menggoreng
pisang.
3. Ta’rif
harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan. Jadi, tidaklah benar ta’rif.
Seperti contoh:
Rokok adalah asap yang
mengepul dari mulut ke udara dan berbau memabukkan.
4. Ta’rif
tidak boleh berputar-putar (daur)
Contoh:
Ilmu adalah pengetahuan di
dalam otak.
Manusia adalah orang dan
orang adalah manusia.
Karena sifatnya yang
berputar-putar, maka ta’rif-ta’rif tersebut tidak benar.
5. Ta’rif
tidak boleh memakai kata-kata majaz (kiasan atau metaforik)
Contoh:
Pahlawan adalah singa yang
gugur
Ilmu adalah laut yang
nenulihkan kehausan
6. Ta’rif
tidak boleh menggunakan kata-kata musytarak (mempunyai lebih dari satu arti)
Contoh:
Arloji adalah pukul yang
dipakai ditangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi yang telah kami paparkan, maka penulis menyimpulkan bahwa
Ta’rif (al-ta’rif) secara
etimologi berarti pengertian atau batasan sesuatu. Takrif disebut juga al
qaul al-syarih (ungkapan yang menjelaskan) atau al-had, yaitu
قَوْلٌ
دَالٌّ عَلَى مَا هِيَةِ الشَّيْئِ
“Kalimat yang
menunjukkan hakikat sesuatu.”
Sedangkan ta’rif secara mantiqi
adalah teknik menerangkan baik dengan tulisan maupun lisan, yang dengannya diperoleh
yang jelas tentang sesuatu yang diterangkan / diperkenalkan.
Ta’rif dibagi menjadi 3 macam, yaitu: ta’rif had ( definisi esensial ), rasm ( definisi aksidental ), dan lafdzi ( definisi nominslis )
Syarat-syarat ta’rif, yaitu harus jami’ mani’, harus lebih jelas dari yang
dita’rifkan, harus sama pengertiannya dengan yang dita’rifkan, tidak
berputar-putar, bebas dari penggunaan kata majazi dan kata
yang mngandung banyak makna.
A. Saran
Sekian makalah tentang ta’rif ysng dapat saya sampaikan. Kami menyadari
bahwa makalah yang saya susun ini jauh dari kata sempurna, oleh karna itu saya
memohon saran dari semua pihak dan pembaca demi kesempurnaan makalah yang telah
saya susun ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.
Daftar Pustaka
Al-Hasyimy, Muhammad Ma’shum Zainy. 2008. Zubdatul Mantiqiyah
(teori Berfikir Logis),Jombang: Darul Hikmah
Azka, Darul dan Nailul Huda.
Baihaqi. 2012. Ilmu Matik
Teknik Dasar Berfikir Logik. Jakarta: Darul Ulum Press.
Djalil, Basiq.2010. Logika
(Ilmu Mantiq). Jakarta. Prenada Media Group.
Hasan, Ali. 1995. Ilmu Mantiq
(Logika). Jakarta : Pedoman Ilmu jaya
Sambas, Syukriadi. 2000. Mantik kaidah berpikir Islam. Bandung:
PT Remaja RusdakaryaZakariya, Aceng. 1999. Ilmu Mantiq.
[1] Drs. H. Syukriadi.Sambas, Mantiq (Kadiah Berpikir Logis), Bandung : PT. Remaja Rosyada , hlm .65
[2] Ibidh, hlm. 66
[3] M. Ali Hasan, ilmu mantiq ( Logika ), Jakarta : Pedomon ilmu Jaya, hlm. 46
[4] Al-Ahdhari, Syarah ‘Alamatul Ahdhari ‘Ala Sulam, hlm. 29
Mohon partisipasi dan supprtnya ya :)
BalasHapus