MAKALAH ILMU BALAGHAH RUKUN TASYBIH

MAKALAH

RUKUN TASYBIH

Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi nilai Tugas mata kuliah
Balaghah











Dosen Pembimbing :

Helmi Yusuf, MA


Disusun Oleh :

Syafi’i Al Azami
NIM : 171111264


FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI AL-AHWAAL AL-SYAKHSIYYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL – QURAN JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019




KATA PENGANTAR


Puji syukur selalu terlimpah kehadirat Allah ‘Azza Wa Jalla, karena berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang diberi judul “Rukun Tasybih”. Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah Balaghah yang diberikan dosen kami Ustadz Helmi Yusuf, MA untuk memenuhi nilai mata kuliah Balaghah.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami mengharapkan kritikan dan saran yang positif dan sifatnya membangun motivasi and semangat kami untuk terus memperbaiki makalah ini di kemudian hari.
Dengan diselesaikannya makalah ini, maka berharap dapat memenuhi syarat penilaian tugas dan dapat bermanfaat bagi kami pribadi serta siapapun yang membacanya.



Jakarta, Desember 2018

Penulis














DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
   1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..…………1
   1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..……...1
BAB II PEMBAHASAN
   2.1 Pengertian Rukun………………………………………………………………….2
   2.2 Rukun Tasybih……………………………………………………………………..2
Musyabbah dan Musyabbah Bih………………………………………………..3
Adat Tasybih……………………………………………………………………...4
Wajah Syabah…………………………………………………………………….5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..10
3.2 Kritik dan Saran………………………………………………………………….....11


















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-qur’an dan Al-hadis merupakan pedoman tertinggi umat islam. Dengan pedoman inilah umat islam akan melaksanakan syariah, akidah dan akhlak secara benar. Maka dari itu mempelajari al-qur’an dan al-hadis adalah suatu yang wajib bagi setiap muslim agar dapat memahami ajaran islam yang hakiki. Karena al-qur’an dan al-hadis itu menggunakan bahasa arab, maka yang pertama harus memahami kaidah-kaidah sastra bahasa arab. Kaidah-kaidah tersebut diantaranya ilmu nahwu, shorof, balaghoh, dan mantiq. Ilmu nahwu dibebut dengan abul ilmu, karena dengan nahwu akan diketahui perubahan I’rob dan tarkib sebuah kalimah. Sedangkan shorof disebut dengan ummul ilmi, karena dengannya akan diketahui struktur bentuk-bentuk kalimah. Sedangkan dengan ilmu balaghoh merupakan disiplin ilmu untuk mengetahui ruhnya nahwu sebagaimana dijelaskan dalam bait : لِأَنَّهُ كَالرُّوْحِ لِلْأِعْرَابِ # وَهْوَ لِعِلْمِ النَّحْوِ كَاللُّبَابِ “Karena sesungguhnya (ilmu Balaghoh) itu ibarat seperti ruh perubahan (ilmu nahwu), dan seperti inti sari dari ilmu nahwu” Salah satu hal yang terpenting dalam bab ilmu balaghoh adalah bab tasybih. Karena tidak sedikit dalam al-qur’an dan al-hadis maupun qoul arab yang menggunakan tasybih. Oleh katena itu dalam makalah ini, kami akan mengupas bab balaghoh dengan bab Rukun Tasybih.


1.2 Rumusan Masalah
Apa Pengertian Rukun ?
Apa Saja Rukun Tasybih dan contohnya.?







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian rukun

Dalam kitab حُسْنُ الصِّيَاغَةْ dijelaskan  اْلمُرَادُ بِالرُّكْنِ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ الشَّيْء (arti rukun adalah perkara yang perkara lain terhenti  atasnya). Jadi rukun itu merupakan hakikinya bagian dari sesuatu tersebut. Jika dicontohkan sebuah rumah, maka rukun rumah adalah pondasi, tembok/tiyang dan atap, karena ketiga perkara ini merupakan sesuatu yang terhenti, hakikinya rumah.

2.2 Rukun Tasybih

Rukun tasybih ada 4, yaitu:
1.     Musyabbah (المـُشَبَّهُ) yaitu sesuatu yang diserupakan
2.     Musyabbah bih (المـُشَبَّهُ بهِ) yaitu sesuatu yang diserupakan dengan
3.     Adat tasybih (أداةُ التَّشْبيهِ) alat atau perantara tasybih
4.     Wajah syabah (وَجْهُ الشَّبَهِ) sifat yang menjadi letak kesamaan.
Rukun yang pertama dan kedua disebut dengan tharaf (طَرَف) dan wajib dimunculkan dalam tasybih. Sedangkan rukun ketiga dan keempat boleh dimunculkan atau dihilangkan.
Mari kita telaah kembali contoh tasybih yang kedua:
قلبُهُ كَالْحِجَارَةِ قَسْوةً وصَلَابةً
Dari contoh tersebut kata yang menjadi musyabbah adalah kata (قلبُهُ), musyabbah bih adalah kata (الْحِجَارَة), adat tasybihnya kata (ك), dan wajah syabahnya adalah kata (قَسْوةً) dan (صَلَابةً).


1.     Musyabbah dan Musyabbah Bih

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa musyabbah dan musyabbah bih termasuk tharaf tasybih atau inti dari tasybih yang keduanya wajib ada dalam ungkapan tasybih. Musyabbah dan musyabbah bih bisa berupa sesuatu yang konkrit maupun yang abstrak. Berikut penjelasannya:
a.      Konkrit dengan konkrit (الْحِسِيَّانِ)
Artinya musyabbah dan musyabbah bih berupa hal yang maknanya bisa ditangkap oleh salah satu dari anggota panca indera. Contohnya menyerupakan sesuatu yang bisa dilihat seperti wajah perempuan dengan bulan purnama, menyerupakan yang bisa dengan seperti suara teriakan dengan guntur, menyerupakan yang bisa dicium seperti aroma badan dengan kasturi, menyerupakan yang bisa dikecap seperti makanan biasa dengan makanan enak, dan menyerupakan yang bisa diraba atau disentuh seperti panas, basah, kasar, dll.
b.     Abstrak dengan abstrak (الْعَقْلِيَّانِ)
Artinya musyabbah dan musyabbah bih berupa hal yang maknanya hanya bisa ditangkap dengan perasaan atau akal, seperti penyerupaan  keimanan dengan kehidupan dan kekafiran dengan  kematian.
Aqliyan dibagi menjadi 2 macam yaitu kenyataan dan khayalan. Sesuatu yang nyata seperti cinta, marah, sakit, dan takut. Adapun yang bersifat khayalan seperti hantu, manusia terbang, dll.
c.      Konkrit (الْحِسِيّ) dengan abstrak (الْعَقْلِيّ)
Musyabbahnya berupa hal konkrit sedangkan musyabbah bihnya berupa hal abstrak seperti penyerupaan mata tombak dengan taring hantu seperti dalam sebuah syair:
أَيَقْتُلُنِيْ وَالْمَشْرَ فِيْ مَضَاجِعِيْ # وَمَسْنُوْنَةٌ زُرْقٌ كَأَنْيَابِ أَغْوَالِ
“Apakah ia akan membunuhku sementara pedang selalu berada di peraduanku dan mata tombak berwarna biru (saking tajamnya) bagaikan taring-taring hantu.”
d.     Abstrak (الْعَقْلِيّ) dengan konkrit (الْحِسِيّ)
Musyabbahnya berupa hal abstrak sedangkan musyabbah bihnya berupa hal konkrit seperti penyerupaan kejahatan dengan malam dan kematian dengan hewan buas.
2.     Adat Tasybih

Adat tasybih adalah kata yang dipergunakan untuk menyambung letak kesamaan antaramusyabbah dan musyabbah bih. Adat tasybih dapat berupa huruf, isim, maupun fi’il.
a.      Adat tasybih yang berupa huruf, seperti (ك) dan كَأَنَّ)). Contoh:
قَلْبُهُ كَالْحِجَارَةِ فِي الْقَسْوَةِ
Artinya: “Hatinya bagaikan batu pada kerasnya”
كَأَنَّ زَيْدًا بَحْرٌ فِي الْكَرَمِ
Artinya: “Seakan-akan Zaid adalah lautan dalam kemurahannya”
b.     Adat tasybih yang berupa isim, seperti (شِبْه), (مُحَاكَاة), dan (مِثْلُ). Contoh:
مُحَمَّدٌ مِثْلُ الْبَحْرِ فِي الْكَرَمِ
Artinya: “Muhammad seperti lautan dalam kemulyaannya”
 عَزْمُهُ مُحَاكاةُ السَّيْفِ فِي الْقَطْع
Artinya: “Keinginannya yang kuat seperti pedang dalam memotong”
عُمَرُ شِبْهُ الْأَسَدِ فِي الشَّجَاعَةِ
Artinya: “Umar seperti singa dalam keberanian”
c.      Adat tasybih berbentuk fi’il, seperti (يحاكي), (يشابه), dan (يماثل). Contoh:
عَائِشَةُ تُمَاثِلُ الْوَرْدَةِ فِي الْجَمَلِ
Artinya: “Aisyah menyerupai mawar dalam kecantikannya”
 عَلِيْ يُحَاكِي النَّجْمَ فِي العُلُوِّ
Artinya: “Ali menyerupai bintang dalam ketinggiannya”
خَالِدُ يُشَابِهُ الْجَبَلَ فِي الرُسُوخِ
Artinya: “Khalid menyerupai gunung dalam kekokohannya”


3.     Wajah Syabah

Wajah syabah adalah sifat yang sama yang terdapat pada musyabbah dan musyabbah bih, seperti kesamaan sifat cantik yang terdapat pada perempuan dan bunga. Sifat yang sama pada musyabbah dan musyabbah bih bisa satu sifat atau lebih. Pada prinsipnya wajah syabah pada musyabbah bih itu harus lebih kuat dibandingkan sifat pada musyabbah.

Pembagian Wajah Syabah


Adapun Pembagian Wajah Syabah adalah sebagai berikut :
 وَوَاحِدًا يَكُوْنُ اَوْمُؤَلَّفَا # اَوْمُتَعَدِّدًا وَكُلٌّ عُرِفَا بِحِسٍّ اَوْ عَقْلٍ وَتَشْبِيْهٌ نُمِىْ # فِيْ الضِّدِ لِلتَّمْلِيْحِ وَالتَّهَكُّم
“Wajah syabah (ditinjau dari sisi lain) itu dibagi menjadi tiga ; yaitu, wajah syabah mufrod, wajah syabah murokab dan wajah syabah muta’adid. Dan masing-masing tiga wajah tersebut dibagi menjadi dua yaitu hissi dan aqli. Sedang tasybih yang wajah syabahnya menggunakan kebalikannya itu bertujuan untuk mempermanis kalam atau untuk menertawakan”


Wajah Syabah ditinjau dari hakikat musyabbah dan musyabbah bih itu ada dua macam :
1. Wajah Syabah Dakhili
Yaitu : Wajah Syabah yang masuk pada hakikat musyabbah dan musyabbah bih.
Seperti menyamakan satu pakain dengan pakaian yang lain di dalam jenisnya.
هذا القميص مثل هذا 
 Baju kurung ini seperti baju kurung ini ( didalam sama-sama terbuat dari katun )
Dinamakan Wajah Syabah Dakhili, yang artinya masuk pada hakikat, karena katun adalah masuk pada hakikatnya musyabbah dan musyabbah bih, bukan sifat yang menetap pada keduanya.

2. Wajah Syabah Khoriji
Yaitu :  Wajah Syabah yang keluar dari hakikat musyabbah dan musyabbah bih, tetapi merupakan sifat yang melekat pada keduanya.
Contoh : seperti sifat pemberani (Syaja’ah) di dalam menyerupakan lelaki yang pemberani dengan harimau. Sifat pemberani itu bukan masuk pada hakikatnya harimau dan orang laki-laki yang pemberani, tetapi merupakan sifat yang melekat pada keduanya.


Wajah Syabah Khoriji dibagi menjadi dua, yaitu :
Khoriji Haqiqi
Yang juga dibagi menjadi dua, yaitu :
Khoriji Hakiki Hissi
Yaitu : Wajah Syabah yang berada di luar hakikat musyabbah dan musyabbah bih dan bisa ditemukan dengan panca indera.
Contoh :
Yang bisa dilihat dengan mata, seperti warna, nbentuk ukuran dan gerakan.
Yang bisa ditemukan dengan telinga seperti suara yang lemah, suara yang kuat dan suara yang berada di antara keduanya.
Yang bisa ditemukan oleh indera perasa seperti beberapa rasa.
Yang bisa ditemukan oleh indera pencium seperti macam-macam bau.
Yang bisa ditemukan oleh indera peraba seperti panas, dingin, basah, kering, dan lain-lain. ( Hilyatu lubbil mahsun : 137 )

Khoriji Hakiki Aqli
Yaitu : Wajah Syabah yang berada di luar hakikat musyabbah dan musyabbah bih dan tidak bisa ditemukan oleh  panca indera.
Contoh : Sifat-sifat yang melekat pada jiwa, seperti cerdas, berilmu, pemarah, aris bijaksana, dermawan, kikir, pemberani, penakut dan lain-lain.

Khoriji Nisbi ( Idlofi )
  Yaitu : Wajah Syabah yang berupa suatu makna atau sifat yang berada di antara dua perkara (musyabbah dan musyabbah bih).
Contoh : Seperti menghilangkan hijab di dalam menyerupakan hujjah dengan matahari, karena hal itu (menghilangkan hijjab) bukan merupakan sifat yang melekat pada hujjjah ataubmenetap pada matahari, tetapi merupakan sifat yang melekat di antara keduanya.

Wajah Syabah ditinjau dari sisi tersusun dan tidaknya itu terbagi menjadi tiga, yaitu:
Wajah Syabah Mufrod
Yaitu : wajah syabah yang oleh urf dianggap mufrod (tidak tersusun)
Contoh :  خده كالورد في الخمرة    ( Pipinya seperti bunga mawar didalam merahnya )

Wajah Syabah Mufrod terbagi menjadi dua, yaitu :
Mufrod Hissi
Yaitu : Wajah Syabah mufrod yang bisa ditemukan panca indera.
Contoh :   هذا الثوب مثل هذا في الصفرة   ( Baju ini seperti baju ini dalam kuningnya )
Mufrod Akli
Yaitu : Wajah Syabah mufrod yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera.
Contoh :  العلم كالنور في الاهتداء ( Ilmu itu seperti cahaya didalam menunnjukkannya )
Wajah Syabah Murokkab
Yaitu : Wajah Syabah yang tersusun dari beberapa perkara.
Mengenai pengertian murokkab (tersusun) itu mencakup dua hal, yaitu :
Murokkab Hakiki
Yaitu : wajah syabah yang pada hakikatnya terususun dari beberapa perkara.
Pengertian tersusun disini adalah lebih dari satu.
Murokkab I’tibai
Yaitu : Wajah Syabah yang tersusun dari beberapa perkara menurut pandangan akal.
 Wajah syabah Murokkab juga terbagi menjadi dua, yaitu :
Murokkab Hissi
Yaitu : Wajah Syabah murokab yang bisa ditemukan oleh panca indera.
Contoh :
وقد لاح بالفجر الثريا كما ترى  #   كعنقود ملاحية حين نورا
Bintang kejora yang tampak di waktu fajar, kamu sksikan laksana dompolan anggur putih dalam bentuknya, yang panjang bijinya tatkala mengembang (Abu Qois bin Aslat)

Wajah Syabah dalam contoh ini adalah tersusunnya suatu keadaan yang dihasilkann dari terpadunya beberapa bentuk putih yang melingkar, yang kecil-kecil bentuknya dalam pandanga mata. ( Al-Idloh fi ulumil balaghoh : 174 )
Murokkab Akli
Yaitu : Wajah Syabah Murokkab yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera, tetapi bisa ditemukan oleh angan-angan dari akal.
Contoh :
مثل الذين حمل التورة ثم لم يحملوها كمثل الحمار يحمل اسفارا

Perumpamaan orang yang menanggung kitab taurot, kemudian mereka tidak mengamalkannya, seperti keledai yang membawa buku ( QS Al-Jum’ah : 5 )

Wajah syabahnya adalah keletihan dan kecapekan yang dilakukannya bersamaan tidak menghasilkan manfaat apapun.Wajah syabah yang demikian tidaklah tampak oleh mata, akan tetapi tampak oleh angan-angan dari akal.

Wajah Syabah Muta’addid
Yaitu ; Wajah syabah yang lebih dari satu.
Wajah Syabah ini juga terbagi menjadi tiga, yaitu :
Muta’addid Hissi
Yaitu : Wajah Syabah Muta’addid yang bisa ditemukan oleh panca  indera..
Contoh :
هذه الفواكه كهذه في اللون والطعم والرئحة
Buah ini seperti buah yang ini didalam warna, rasa dan bau.

Wajah Syabah dalam contoh tersebut adalah Muta’addid (lebih dari satu) yaitu, warna, rasa, dan bau.
Muta’addid Akli
Yaitu : Wajah Syabah yang muta’addid yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera, tetapi masih bisa ditemukan oleh akal.
Contoh :
هذا الرجل مثل هذا في العلم والحلم والحياء
Lelaki ini seperti lelaki yang ini didalam ilmu, kebijaksanaannya, dan sifat pemalunya.

Muta’addid Mukhhtalifi
Yaitu : Wajah Syabah Muta’addid yang sebagian bersifat hissi dan sebagian yang lain bersifat akli.
Contoh :
هذا الجل كالشمس في حسن الطلعة وكمال الشرف
Lelaki ini seperti matahari didalam ketampanan wajahnya dan kesempurnaan kemuliaannya.

Wajah Syabah Tadlodl
Wajah Syabah itu adakalanya yang diamdilkan dari sesuatu yang berlawanan, lalu ditempatkan pada tempatnya serasi ( tanasu ), lalu sesuatu yang memiliki sifat yyang berlawanan tersebut diserupakan pada musyabbahnya.
Tujuannya
  Tujuan menggunakan Wajah Syabah Tadlodl adalah untuk tahakkum ( menghina atau mentertawakan ) atau untuk tamlih ( mempermanis perkataan )
Contoh :
Seperti menyerupakan lelaki yang bakhil dengan Hatim ( seseorang yang sangat terkenal kedermawanannya ).
هذا الرجل كحاتم
   ( Lelaki yang kikir ini seperti hatim )
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rukun tasybih ada emapat yaitu musyabah, musyabah bih, alat dan wajah syabah.
Adapun keadaan musyabah dan musyabah bih itu ada tiga, yaitu ; keduanya bersifat hissi (dapat diindera), keduanya bersifat aqli (tidak dapat diindera) dan keduanya berbeda (hissi dan aqli)
Wajah syabah ditunjau dari hakikat musyabah dan musyabah bih itu ada dua, yaitu ; wajah syabah dhakhili dan wajah syabah khoriji.
Wajah syabah ditinjau dari sisi tersusun dan tidaknya dibagi menjadi tiga, yaitu ; mufrod, murokab dan muta’adid. Yang masing-masing dibagi menjadi dua hissi dan aqli.
Adakalanya wajah syabah itu berupa sesuatu yang berlawanan. Hal ini bertujuan “tahakkum” (menghina) dan “tamlih” (memperindah kalam)
3.2 Kritik dan Saran
Alhamdulillah, syukur kami panjatkan kehadirat Alloh yang maha luhur. Juga kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang ikut mendukung, membantu atas selesainya tugas makalah ini. Dan kami yakin masih banyak yang kurang. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kamu harapkan. Dan akhirnya kami mohon maaf atas segala kesalahan. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.












DAFTAR ISI


Syaikh Ulumuddin Muhammad Yasin Ibn Isa Al-Fadany,  حُسْنُ الصِّيَاغَةْ
Syaikh Abdurohman Al-Ahdhori, Jauharul Maknun
Syaikh Ahmad Damanhuri Asy-Syammy, حلية اللب المصون بشرح الجوهر المكنون
https://hahuwa.blogspot.com/2017/03/pengertian-tasybih-rukun-dan-tujuannya.html
http://balaghohilmubayan.blogspot.com/2012/12/ilmu-balaghoh-wajah-syabah.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH NAHWU SHARAF BAB HALL

MAKALAH ILMU MANTIQ TENTANG TA'RIF